Keluarga Korban Saat Mengadu ke DPR Keluarga Korban Bully PPDS Undip Mengaku Anaknya Disiksa
Rekan korban melakukan renungan malam untuk mengenang kematian dr Aulia Risma (rep)
Jakarta, Pro Legal - Nuzmatun Malinah tak lagi kuasa membendung tangis saat bercerita soal anaknya di depan para anggota dewan di Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/11).
Wanita paruh baya itu sambil terbata-bata, meratapi nasib anaknya yang kini justru harus meregang nyawa saat mengenyam pendidikan kedokteran.
Seperti diketahui, Nuzmatun adalah ibu dari Aulia Risma, seorang dokter muda yang tewas karena menjadi korban perundungan (bullying) di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Undip, Semarang, Jawa Tengah. "Di bulan Juni dia mengeluh sakit, saya ajak pulang, 'udah pulang saja enggak usah diteruskan', tapi anak saya bersemangat, saya mau menyelesaikan, saya mau berobat," ujar Nuzmatun.
Dugaan kasus bully di lingkungan akademis PPDS Undip terbuka setelah jasad Aulia bunuh diri ditemukan di kamar kos, Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Aulia ditemukan pada tanggal 12 Agustus 2024 itu diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan.
Kini Kemenkes telah membekukan sementara PPDS Anestesi Undip. Menkes Budi Gunadi Sadikin beberapa waktu lalu mengatakan pencabutan pembekuan PPDS Anestesi Undip dilakukan setelah kasus dugaan bully tuntas.
Kasus dugaan perundungan itu pun telah dilaporkan pihak keluarga almarhumah dr Aulia Risma ke Polda Jateng 4 September 2024.
Menurut Nuzmatun, sesaat sebelum ditemukan meninggal, anaknya sempat mendapat tugas berat pada 12 Agustus lalu. Belakangan, palu godam untuk Nuzmatun tak usai, setelah suaminya menyusul sang anak tak lama usai pemakaman.
Maka kepada para anggota dewan, Nuzmatun berharap dia mendapat keadilan. Dia mengaku telah kehilangan anak yang luar biasa. "Tapi akhirnya Allah mengambil, saya minta tolong bapak ibu selaku wakil saya, saya sudah kehilangan anak yang luar biasa. Tidak cuma itu, bapaknya juga begitu, begitu dia selesai pemakaman, dirawat di RS kami berusaha, tapi akhirnya menyusul," ujarnya.
Nuzmatun minta DPR tak tinggal diam dan segera mengambil langkah tegas agar kasus seperti ini tak berulang dan memakan korban lain. "Saya sudah cukup, saya dan suami saya, dia nanya. Pendidikan macam apa bapak? Ya, Allah. Harusnya anak saya sekolah dapat ilmu, tapi bukan mendapat ilmu. Tapi disiksa. Saya mohon tolong dibantu bapak ibu selaku wakil saya," tutur Nuzmatun.
Sementara Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman memastikan pihaknya akan mengambil langkah tegas. Ia berjanji para pihak yang terlibat akan bertanggung jawab.
Politikus Partai Gerindra itu juga mengaku akan mendorong perbaikan sistem pendidikan Indonesia agar kasus serupa tak berulang. "Insya Allah oknum-oknum yang bertanggung jawab kita pastikan akan bertanggung jawab secara hukum, dan sistem pendidikannya kita dorong untuk sama-sama diperbaiki," ujar Habib.(Tim)