a a a a a a a a a a a
logo
Tentang KamiKontak Kami

Kapolda Metro Jaya Sampaikan Pesan Khusus Kapolri Buat Massa IMM

Kapolda Metro Jaya Sampaikan Pesan Khusus Kapolri Buat Massa IMM
Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono
Jakarta, Pro Legal News - Meski sudah malam hari, Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono tetap harus meluangkan waktunya untuk menemui massa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Kamis (26/9) malam itu mereka sedang berkumpul di halaman dalam  Gedung Dewan Dakwah, Menteng, Jakarta Pusat untuk menggelar aksi solidaritas. 

Kedatangan Kapolda Gatot di sana bukan sebagai pimpinan Polri untuk membubarkan aksi massa IMM yang sedang menggelar aksi solidaritas atas tewas Randi (21) mahasiswa Halu Olewo diduga kena tembakan saat demo. Gatot datang membawa sebuah pesan yang sangat penting.

Pesan itu dia terima langsung dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan harus disampaikan langsung kepada massa mahasiswwa IMM. "Tadi  Bapak Kapolri menyampaikan pesan kepada saya agar menyampaikan kepada adik adik mahasiswa di sini. Mabes Polri akan melakukan investigasi ke Sultra bersama-sama dengan unsur Muhammadiyah," kata Gatot di halaman Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (26/9) malam

Menurut Irjen Gatot, Kapolri Tito berjanji apabila ditemukan ada anggota polisi terlibat dalam kematian Randi akan ditindak tegas. Anggota Polri yang terbukti terlibat akan dilakukan penuntutan hukum pidana. 

Kapolri lanjut Gatot akan menyampaikan fakta-fakta sebenarnya terkait kasus di Kendari, Sulawesi Tenggara, itu. Nanti ketika penyelidikan kalau memang itu ditemukan dan Pak Kapolri akan melakukan tindakan pidana hukum. "Kapolri akan menyampaikan kepada mahasiswa dan masyarakat di Kendari. Tentunya tindakan-tindakan tegas lainnya akan dilakukan oleh Bapak Kapolri," ujar Gatot. 

Untuk diketahui, Randi mahasiswa Universitas Halu Oleo yang tewas tertembak. Mahasiswa malang itu ditemukan meninggal dunia 500 meter dari lokasi demonstrasi di DPRD Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Kamis (26/9). 

Tim forensik kini sedang mengautopsi jasad Randi untuk menganalisis peluru yang menembus dada kanan korban yang menyebabkan Randi tewas. "Diduga penyebabnya luka tembak, kita belum tahu secara pasti. Perlu diadakan autopsi oleh tim gabungan secara netral," kata Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal di Mabes Polri, Kamis malam(26/9).

Polri lanjut Irjen Iqbal turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Randi di Sulawesi Utara. Jika Randi tewas karena luka tembak, penyelidikan akan mengarah kepada identifikasi jenis peluru dan uji balistik untuk menentukan arah dan sudut tembakan.

Menurut Iqbah, harus diketahui semua pihak, Kapolri Tito Karnavian secara tegas mengatakan, untuk pengamanan  dalam rangka penyampaian pendapat di muka umum beberapa hari belakang ini, tidak ada yang menggunakan peluru tajam dan peluru karet. 

Pasukan pengendali massa hanya dilengkapi kendaraan taktiswater cannon dan senjata penembak gas air mata. "Gas air mata baru digunakan jika eskalasi yang meningkat dan sudah anarkis serta merusak," tegas Iqbal.

Sementara Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Polisi Dedi Prasetyo meminta semua pihak tidak menyimpulkan meninggalnya Randi saat demonstrasi di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara akibat tertembak peluru tajam. Sebab, kasusnya masih diselidiki.

Menurut Brigjen Dedi harus dicek dulu ada tidak proyektilnya. Kalau ditemukan proyektilnya masih panjang urusannya karena harus dilakukan uji balistik untuk menentukan jenis senjatanya. "Jadi tidak boleh disimpulkan penyebab kematiannya karena peluru tajam. Proses tahapan pembuktian secara ilmiah harus dilakukan dulu," ujarnya.

Brigjen Dedi juga memastikan berdasar kebijakan pimpinan Polri, personel kepolisian yang bertugas mengamankan aksi demonstrasi tidak dibekali senjata api maupun peluru karet.

Ditegaskan Dedi lagi, pengamanan aksi unjuk rasa, personel Polri tidak dibekali senjata api maupun peluru tajam. Tetapi hanya water canon, gas airmata dan tameng sebagai pelindung diri untuk menghadapi para perusuh.

Untuk diketahui aksi demonstrasi berujung kericuhan dan akhirnya diketahui Randi meninggal dunia terjadi di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara. Randi adalah mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Randi dikabarkan tewas setelah diduga mengalami luka tembak pada bagian dada.

Amal Mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Halu Oleo yang turut serta dalam aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara mengaku menemukan proyektil peluru. Proyektil peluru tersebut ditemukan di sekitar lokasi demonstrasi.

Namun Amal mengaku tidak mengetahui apakah proyektil tersebut proyektil peluru karet atau peluru tajam. Proyektil yang ditemukan Amal dan mahasiswa lainnya sempat mereka foto sebagai buktinya.Tim
Nasional Kapolda Metro Jaya Sampaikan Pesan Khusus Kapolri Buat Massa IMM