Jakarta, Prolegalnews – Pandemi Covid-19 telah mengganggu semua sector perekonomian tanpa terkecuali sector perbankan. Kondisi itu membuat laba PT Bank Mandiri (Persero) Tbk turuns 37,71 persen, yaitu dari Rp27,48 triliun pada 2019 menjadi hanya Rp17,11 triliun pada akhir tahun lalu. "Secara konsolidasi (gabungan), Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp17,11 triliun," ujar Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo, Kamis (28/1).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan pandemi Covid-19 menekan perekonomian nasional. Kondisi ini memengaruhi kepercayaan konsumen dan produsen yang berimbas pada kinerja kredit perbankan."Lesunya ekonomi menyebabkan sisi konsumen dan produsen masih bersikap wait and see, sehingga menyebabkan kredit nasional kontraksi minus 2,41 persen di 2020," ujarnya.
Kondisi serupa dialami oleh perseroan. Tercatat, penyaluran kredit perseroan turun 1,61 persen dari Rp907,5 triliun menjadi Rp892,8 triliun sepanjang 2020. Rinciannya, kredit ritel turun paling tajam sebesar 4,80 persen dari Rp276 triliun menjadi Rp262,7 triliun dan kredit wholesale turun 3 persen dari Rp516,4 triliun menjadi Rp500,9 triliun.
Sementara itu, kredit perusahaan anak masih tumbuh 12,25 persen dari Rp115,1 triliun menjadi Rp129,2 triliun. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross perseroan justru bertambah 0,76 persen dari 2,33 persen jadi 3,09 persen di 2020. Sebaliknya, Dana Pihak Ketiga (DPK) naik signifikan 12,24 persen dari Rp933,1 triliun menjadi Rp1.047,3 triliun. Terdiri dari deposito naik tajam 20,13 persen dari Rp262,9 triliun menjadi Rp286,5 triliun dan giro tumbuh 20,13 persen dari Rp236,4 triliun menjadi Rp284 triliun.
Sementara itu, tabungan naik 7,23 persen dari Rp315,9 triliun menjadi Rp338,7 triliun dan DPK anak perusahaan tumbuh 17,24 persen dari Rp118 triliun menjadi Rp138,4 triliun. Penurunan laba perseroan juga dipicu oleh berkurangnya pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income(NII) sebesar 4,93 persen dari Rp59,44 triliun menjadi Rp56,5 triliun di akhir 2020. Kondisi tersebut menekan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM).(Tim)