a a a a a a a a a a a
logo
Tentang KamiKontak Kami

1001 Alasan Untuk Mendampingi Sang Penerus

1001 Alasan Untuk Mendampingi Sang Penerus
Rep
Oleh : Gugus Elmo Rais

"Kita tidak akan membiarkan masa lalu menyeret kita ke bawah dan menghentikan kita untuk bergerak maju. Kita mengerti ke mana kita harus pergi.", ungkapan bijak Presiden Rusia,  Vladimir Putin itu merupakan  bagian dari proses mbabar jati diri (mengenal diri sendiri) sekaligus sebagai bekal yang berharga untuk melangkah ke masa depan. Adagium itu  juga bisa digunakan sebagai referensi untuk memilih calon pemimpin. Karena pemimpin serta orang-orang  besar  itu sering  muncul dari ketidak mapanan, sehingga memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk keluar dari ketidak mapanan itu. Sebutlah seperti, Thomas Alpha Edison, Albert Einstein, Mao Zedong hingga Soekarno. Yang lahir dan besar dari ketidak mapanan.   

Nama yang terakhir ini adalah proklamator RI sekaligus Presiden  Indonesia pertama yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana.  Kondisi sulit yang dialami oleh bangsa ini karena berada dalam cengkeraman penjajah membuat Soekarno sangat termotivasi untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya. Meski Soekarno kecil hidup dengan penuh kesederhanaan dan harus mengais ilmu  dari perpustakaan milik Syarikat Islam yang dikelola oleh HOS Cokroaminoto di Surabaya.

Dari situlah Soekarno bisa mengais ilmu dari pemikir-pemikir besar seperti Karl Renan, Karl Kautsky,  Otto Bauer,  Jean Jorres, Kamarakhan  Gandhi yang dijuluki sebagai wall of mind. Dan akhirnya terbukti Soekarno menjelma menjadi pemimpin besar yang  mampu memerdekakan bangsanya sekaligus dikagumi dunia. Para ilmuwan dunia itulah yang tanpa sadar mempengaruhi pola pikir Soekarno yang sangat holistik  dan sinkretisme dari berbagai  ideologi.       

Dengan ajaran  Marhaenisme, melalui tiga fase perjuangan, national guest, national will serta national daads  Seokarno ingin mengangkat harkat dan martabat bangsanya sejajar dengan negara-negara lain. Salah satu langkahnya adalah membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI).  Partai politik tertua di Indonesia ini memiliki underbouw yakni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Berangkat dari kekaguman terhadap Soekarno itulah politisi yang kini menjadi episentrum politik nasional, Ganjar Pranowo ikut bernaung dalam Ormas GMNI saat masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UGM. Saat ini H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I. adalah Gubernur Jawa  Tengah  untuk periode kedua yang menjabat sejak 5 September 2018. Saat ini nama Ganjar tengah menjadi  titik episentrum politik nasional pasca terjadinya ‘insiden politik’ di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)  setelah mendapat sindiran jika Ganjar demen main Medsos serta tidak diundang dalam acara Penguatan Soliditas Kader PDIP di Semarang yang dihadiri oleh Puan Maharani yang notebene putri dari Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Padahal Ganjar adalah kader tulen dari partai berlambang banteng moncong putih.

Alih-alih nama Ganjar Pranowo atau Ganjar Sungkowo itu tenggelam, justru tragedi itu melambungkan nama Ketua Umum KAGAMA (Keluarga Alumni Gajah  Mada) itu ke ‘langit-langit survey’. Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi PDIP itu justru merajai klasemen sejumlah lembaga survey. Gerakan arus bawah kini semakin kuat dengan munculnya banyak lembaga relawan pendukung Ganjar untuk maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang akan datang. Meski hingga saat ini dukungan dari PDIP masih diragukan.

Pertanyaannya secara kualitatif apakah memang Ganjar layak berada di bursa Capres 2024 nanti ?. Tetapi bila melihat curiculuum vitaaenya, Ganjar memang cukup layak bila dianggap sebagai sang penerus. Karena memang Ganjar dibesarkan oleh filosofi Marhaenisme yang telah diwariskan oleh Soekarno.    

Kehidupan Ganjar sendiri awalnya juga cukup memprihatinkan. Ganjar Pranowo dilahirkan dari keluarga sederhana di sebuah desa di lereng  Gunung Lawu, Karanganyar dari ayah bernama S. Pamudji (1933-2017) dan ibu Sri Suparni. Ganjar Sungkowo, demikian nama awalnya, merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Saudara kandung dari Ganjar Pranowo antara lain Pri Kuntadi, Pri Pambudi Teguh (salah satu hakim agung di Indonesia, yaitu Hakim Agung, Kamar Perdata, Joko Prasetyo, Prasetyowati, dan yang terakhir Nur Hidayati. Ayah Ganjar Pranowo sendiri merupakan seorang polisi dan sempat ditugaskan untuk mengikuti operasi penumpasan Pemberontak PRRI /Permesta.

Seperti halnya Joko Widodo, Ganjar Pranowo juga memiliki kisah penggantian nama yang lazim terjadi pada tradisi anak-anak di tanah Jawa-Mataraman zaman dahulu. Nama asli dari Ganjar Pranowo adalah Ganjar Sungkowo yang berarti "Ganjaran dari Kesusahan/Kesedihan (Sungkowo)". "Ganjar berarti hadiah dari Sang Pencipta, sedangkan nama belakang ini berhubungan dengan keadaan ketika Ibu mengandung dirinya.

Kehidupan masa lalunya yang sangat sulit itu ternyata justru menempa Ganjar menjadi pribadi yang tangguh sekaligus memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Terbukti selama masa kepemimpinannya Ganjar telah menorehkan sejumlah prestasi dan penghargaan. Ganjar Pranowo dinilai berhasil memimpin Jawa Tengah selama periode 2013-2018 dengan prestasi sebagai berikut:

Reformasi Birokrasi
Hal yang pertama dilakukan Ganjar Pranowo ketika menjadi Gubernur Jawa Tengah yaitu reformasi birokrasi. Program Ganjar yang dinilai berhasil di antaranya lelang jabatan dari eselon I hingga IV, pelaporan LHKPN hingga pejabat eselon IV, pelaporan gratifikasi seluruh pejabat, peningkatan tunjangan pegawai dan pelayanan publik mudah murah cepat. Atas kinerjanya tersebut, Pemprov Jateng menduduki peringkat teratas atas penilaian hasil evaluasi dari Kemenpan RB.

Selanjutnya, berawal dari keprihatinan akan sulitnya akses modal untuk pengusaha kecil. Ganjar menerapkan kredit pembiayaan dari Bank Jateng untuk UMKM dengan Produk KUR Mitra 25 dikenakan bunga 7 persen per tahun, sementara Mitra 02 sebesar 2 persen, tanpa agunan dan tanpa biaya administrasi. Ketika diluncurkan, bunga kredit ini tercatat terendah se-Indonesia dan kini banyak ditiru pemerintah daerah lain di penjuru tanah air bahkan mendapatkan perhatian dan apresiasi dari Presiden Joko Widodo.

Pelaporan Gratifikasi Terbanyak
KPK memberi penghargaan Ganjar sebagai pelapor gratifikasi terbanyak pada 2015. Prestasi ini diberikan atas keseriusan Ganjar dalam mengendalikan pemberian gratifikasi baik pada gubernur maupun pejabat pemprov Jateng. Sekarang, budaya parcel lebaran bahkan sudah tak ada lagi di Pemprov Jateng.

Zakat ASN
Karena regulasi baru, pondok pesantren dan masjid mengeluhkan susah mengakses bantuan sosial dan hibah. Ganjar membuat terobosan yaitu mengajak seluruh aparatur sipil negara (ASN) yang berjumlah lebih dari 40 ribu di Pemprov Jateng berzakat (berdasarkan PP Nomor 14 tahun 2014, Inpres Nomor 3 tahun 2014, dan imbauan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo). Pendapatan setiap ASN dipotong langsung 2,5 persen. Perbulan terkumpul Rp 1,6 miliar yang digunakan untuk bantuan kebencanaan, perbaikan rumah tak layak huni (RTLH), pendidikan dan pondok pesantren, masjid, bidang kesehatan, dan lain-lain.

SMK Jateng
Jateng telah menahbiskan diri sebagai provinsi vokasi dengan perhatian lebih pada sekolah kejuruan atau SMK. Ganjar lebih mempertajam gerakan ini dengan mendirikan tiga SMK yang diperuntukkan bagi siswa miskin berprestasi. Kini ada SMK Jateng yang berdiri di Kota Semarang, Kabupaten Pati   dan Kabupaten Purbalingga. Seluruh siswa tinggal di asrama, mendapat seluruh fasilitas dari buku, seragam, dan akomodasi. Semuanya tidak dipungut biaya alias gratis. SMK Jateng ini kerap dikunjungi dinas pendidikan dari provinsi lain yang ingin belajar dan menerapkan di daerahnya.

Desa Tangguh dan Berdikari
Ganjar mencanangkan program pembentukan desa tangguh bencana pada tahun 2016 lalu. Targetnya adalah hingga tahun 2018 seluruh desa dari 2204 desa rawan bencana di Jateng sudah terbentuk desa tangguh. Selain itu, Ganjar juga membentuk 100 desa berdikari yakni kawasan desa yang mampu mengembangkan potensi yang dimiliki baik pariwisata hingga sumber daya alam dan energi untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Inovasi Kesehatan
Tiga inovasi pelayanan publik Pemprov Jateng masuk dalam "Top 99 Inovasi Pelayanan Publik" yang digelar Kemenpan-RB antara lain: penyederhanaan prosedur pendaftaran rumah sakit melalui Si Bina Cantik, penetrasi online oleh RSUD Prof Dr Margono Soekarjo dan Layanan Peluk My Darling yang diciptakan RSUD Kelet Jepara. Ganjar juga meresmikan Pembangunan rumah sakit Thalesemia pertama di Indonesia di Banyumas pada 2016. Kemudian, pencanangan pembangunan RS modern bertaraf internasional di MAJT (Masjid Agung Jawa  Tengah). Selain itu, Ganjar Pranowo juga meluncurkan program "Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng" yang ia gagas di awal pemerintahannya.

Seragam Batik ASN
Ganjar menolak pemberlakuan seragam ASN yang ditetapkan Kemendagri. Ia justru menetapkan seluruh ASN Pemprov Jateng mengenakan batik daerah masing-masing sebagai pakaian kantor dari Selasa hingga Jumat. Penggunaan batik secara massal ini berhasil menggairahkan pasar batik di Jawa Tengah.

Kartu Tani
Berawal dari fenomena kelangkaan pupuknya karena penyelundupan pupuk bersubsidi, Ganjar kemudian membuat kartu tani. Dalam kartu ini ada data identitas petani, luas lahan, jenis tanaman, dan kebutuhan pupuk. Di luar petani tak ada yang bisa mengakses pupuk bersubsidi sehingga mengeliminir kejahatan dan penyalahgunaan wewenang. Presiden Jokowi kemudian mengapresiasi dan menjadikan kartu tani program nasional.

Di bidang pertanian, Ganjar juga mendapat penghargaan dari Badan  Standarisasi Nasional sebagai pelopor standar nasional Indonesia (SNI) pertanian organik.

SiHaTi (Sistem Informasi Harga dan Produk Komoditas)
Sejak 2015, Pemprov Jateng didukung Bank Indonesia membangun SiHaTi (Sistem Informasi Harga dan Produk Komoditas), sebuah aplikasi mobile berbasis android. Fungsinya memantau dan mengendalikan inflasi yang diakibatkan gejolak harga pangan (volatile food price). Hasilnya Jateng selalu berhasil mendapatkan penghargaan pemerintah pusat, TPID Terbaik 2015 dan TPID Inovatif 2016.

Infrastruktur
Jalan Provinsi di Jateng kini mulus berkat naiknya anggaran dari yang semula Rp 900 miliar menjadi Rp 2,1 triliun. Ganjar juga menaikkan harga diri rakyat Jateng dengan membuat mulus jalan perbatasan provinsi. Infrastruktur perhubungan Jateng dalam kurun empat tahun terakhir pun meningkat pesat berkat penetrasi Ganjar ke pemerintah pusat. Di antaranya; pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani yang akan selesai 2018, pengembangan Bandara Jenderal Sudirman di Wirasaba Purbalingga , dan Jalan Tol Trans Jawa (Ruas Ungaran-Bawen, Bawen-Salatiga, Semarang-Batang, Batang Pemalang, Semarang-Demak, Solo-Ngawi).

Pariwisata
Tahun 2016 ditandai Ganjar dengan pencanangan Tahun Infrastruktur Pariwisata. Pada tahun ini dilakukan peresmian Kebun Raya Baturaden di Banyumas, revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang, pembangunan infrastruktur listrik dan jalan di Karimunjawa, Jepara pengembangan Musium Sangiran di Sragen dan pengembangan kawasan wisata Dieng di Banjarnegar dan Wonosobo.

Dengan sederet prestasi itulah,  yang menjadi alasan kini muncul fenomena arus bawah yang cukup kuat untuk mendukung Ganjar dan tidak berlebihan jika Ganjar Pranowo dianggap sebagai salah satu cucu ideologi Soekarno sekaligus sebagai penerus Jokowi maupun Soekarno.***
Opini 1001 Alasan Untuk Mendampingi Sang Penerus