Jakarta, Pro Legal News - Fenomena kegaduhan antar partai saat kompetisi politik dalam Ppemilu lalu terus berlanjut, Bahkan dalam perkembangan kekinian semakin berwarna dan penuh dinamika yang semakin memperlihatkan bahwa rakyat khususnya pemilih jadi objek eksploitasi dalam hal ini ekspolitasi emosi oleh politisi dan pemegang kekuasaan. Sementara pemilih atau rakyat sibuk dengan "simbol" bahkan membuat anekdot kompetisi politik saling ejek ini bahaya , kebanyakan politisi dan akhirnya diikuti pemilih hanya main pada persoalan tataran emosi bukan lagi tema dan solusi menuju keadilan rakyat kecil, kesejahteraan sosial dan keadikan sosial. Hipotesa itu diberikan oleh pakar hukum, Dr Azmi Syahputra SH. MH.
Maka Azmi berharap rakyat harus sadar, jaga persatuan, jangan mau dipermainkan eksploitasi emosi, mulai saat ini dan kedepan pemilih atau sebagai rakyat harus lebih cerdas jangan terkontaminasi ikut dengan pola pengorganisasian perasaan dan jualan eksploitasi emosial yang tidak terukur. “Sudah diketahui secara umum dalam politik tidak ada musuh yang abadi, yang ada adalah kepentingan, maka apapun akan dilakukan sepanjang frekwensi kepentingannya sama,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Ilmuwan Praktisi Hukum Indonesia (Alpha) ini menilai jika republik telah dikendalikan oleh partai, “Dengan melihat kondisi arah dan gerakan partai partai politik saat ini menunjukkan bahwa partailah yang jadi dominan pengendali di republik ini bukan kedaulatan rakyat,” ujarnya. tim